Rabu, 11 Maret 2009

SUPERNOVA




Sebuah supernova telah terjadi di luar angkasa baru-baru ini. Sebuah bintang besar—ukurannya 150 kali ukuran matahari—meledak dan menimbulkan cahaya lima kali lebih terang daripada supernova mana pun.

Supernova terjadi ketika sebuah bintang tua kehabisan bakar lalu meledak dengan sendirinya. Bintang uzur itu bernama SN 2006gy, yang ditemukan pertama kali pada September tahun lalu oleh seorang mahasiswa di Texas. Letaknya 240 juta tahun dari bumi, berada pada galaksi yang jauh dari Bimasakti.

Ahli astronomi dari Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) mengatakan supernova itu berlangsung selama 70 hari. Mereka telah mengamatinya dengan sejumlah teleskop di bumi maupun ruang angkasa. “Dari semua bintang yang meledak yang pernah diamati, inilah rajanya,” kata Alex Filippenko dari NASA.

Nathan Smith, yang memimpin sebuah tim gabungan dari Universitas California Berkeley dan Universitas Texas Austin, mengatakan ledakan itu sungguh-sungguh besar, ratusan kali lebih energik daripada supernova biasa.

Namun berbeda dengan supernova yang umum, pengamatan melalui teleskop sinar-X dari Observatorium Chandra di orbit, memperlihatkan bahwa ledakan SN 2006gy tak menyebabkan lubang hitam (black hole).

Para ahli astronomi itu kemudian memperkirakan ledakan bintang semacam itu akan terjadi pada bintang Eta Carinae, yang berada di galaksi Bimasakti, 7.500 tahun cahaya dari bumi.

Dave Pooley dari Universitas California di Berkeley, mengatakan bila Eta Carinae meledak, cahayanya akan begitu terang sehingga akan tampak meski pada siang hari.



sumber : tempointeraktif.com

Jumat, 27 Februari 2009

GALAKSI BIMASAKTI





Gumpalan awan raksasa yang mengandung gas hidrogen dalam volume sangat besar tengah melesat mendekati piringan Galaksi
Bima Sakti, tempat tata surya kita berada. Tabrakan dahsyat yang diperkirakan
terjadi antara 20-40 juta tahun lagi akan menghasilkan kembang api spektakuler
di langit. Objek tersebut diberi nama Awan Smith, diambil dari nama Gail Smith,
seorang astronom AS yang mendeteksinya pertama kali pada tahun 1963 saat
meneliti di Universitas Leiden, Belanda.
Sejak ditemukan, para astronom masih berdebat apakah awan tersebut benar-benar
mendekati galaksi Bimasakti atau menjauhinya. Rekaman data yang ada selama ini
masih terbatas dan tidak jelas apakah objek tersebut bagian dari kabut
Bimasakti atau masih bergerak ke arahnya. Sejauh ini, para peneliti hanya
mendeteksi gas dan tidak ada satupun bintang di dalamnya. Satu-satunya cara
melihtanya adlah dengan teleskop radio karena gas dingin tidak memancarkan
cahaya, tetapi memantulkan gelombang radio.
Jika dilihat dari Bumi, lebar gumpalan awan
tersebut sebanding dengan 30 kali lebar Bulan. Dari kepala ke ujung ekornya
cukup untuk menyelimuti rasi bintang Orion. Hasil pengamatan baru menggunakan
teleskop radio terkendali paling besar di dunia, Teleskop Green Bank (GBT) di
Virginia Barat, AS, menunjukkan bahwa objek tersebut bergerak ke arah galaksi Bimasakti. Bahkan,
seperti dilaporkan gabungan tim astronom dari Observatorium Astronomi Radio
Nasional AS (NRAO) dan Universitas Winconsin Whitewater dalam pertemuan
Masyarakat Astronomi Amerika ke-211 di Austin, Texas
baru-baru ini, gaya dorongnya telah menyentuh kabut Bimasakti. "Jika tabrakan terjadi, hal tersebut akan memicu lahirnya formasi bintang-bintang baru. Akan banyak bintang raksasa yang terbentuk, berumur pendek, dan meledak sebagai supernova yang memancarkan cahaya menyilaukan," ujar Ketua tim peneliti, DR. Felix Lockman, dari
NRAO. Sebab, Awan Smith membawa energi sangat besar berupa gas hidrogen yang
cukup untuk membentuk jutaan bintang seukuran Matahari. Awan Smith merupakan
gumpalan gas yang berukuran panjang mencapai 11.000 tahun cahaya dan lebar
2.500 tahun cahaya. Objek tersebut saat ini berada 40.000 tahun cahaya dari
Bumi dan 8.000 tahun cahaya dari piringan Bimasakti.
Objek yang pantas disebut kabut monster di ruang kosmos ini bergerak dengan kecepatan 240 kilometer perdetik dan diperkirakan
menabrak piringan galaksi Bimasakti dengan kemiringan 45 derajat. Tabrakan akan
terjadi di pinggir piringan Bimasakti yang jarak ke pusatnya hampir sama dengan
jarak tata surya kita ke pusat galaksi. Namun, posisinya jauh dari tata surya
kita, diperkirakan berjarak 90 derajat terhadap pusat piringan. "Kami
tidak tahu dari mana asalnya, apalagi orbitnya membingungkan, namun kami
katakan bahwa ia mulai berinteraksi dengan bagian terluar Bimasakti.


sumber : id.shvoong.com
ujian